TUGAS PTSC 1.4
1.4. Kecerdasan Buatan & Aspek Prospektif
AI memberdayakan industri tradisional seiring dunia
memasuki revolusi industri 4.0. Dan AI sendiri akan menumbangkan model
pengembangan berbagai industri tradisional. Membawa nilai industri yang sangat
besar. Itulah konsensus para pakar AI dalam World
Artificial Intelligence Conference (WAIC) 2019 Shanghai yang berlangsung tiga hari ini. AI memberdayakan
industri tradisional, kata Kai-fu Lee founder dan CEO Innovation Works.
Dalam pidatonya tentang “Merangkul Era AI+”, Dia
menekankan bahwa AI atau kecerdasan buatan tidak bergantung pada nilai AI
sendiri untuk “menghasilkan uang”. Melainkan, melalui partisipasi semua
industri tradisional dalam menggunakan teknologi AI, dan membangunkan semua
sektor industri yang dulunya tertidur nyenyak.
AI memberdayakan industri tradisional
“Internet+ dulunya cuma slogan yang sangat umum.
Namun, Hari ini AI+ akan diaktifkan. Internet telah mencakup hampir semua
bidang bisnis dalam masyarakat manusia. AI+ adalah kesempatan untuk
memberdayakan setiap sektor dalam revolusi industri 4.0. AI memberdayakan
industri tradisional dan dapat membawa nilai besar dalam bidang manufaktur,
robot, mobil otonom. AI akan membentuk kembali berbagai industri tradisional di
masa depan.
Dari perspektif investasi, AI bisa dibagi atas empat
Era. Dari masa lalu ke masa depan. Diantaranya, Era teknologi hitam, Era B2B,
Era pemberdayaan AI+, dan akhirnya Era AI yang ada di mana-mana seperti udara.
Pada awalnya, hambatan teknis AI sangatlah tinggi.
Teknologi ini dulunya hanya berada di tangan beberapa ilmuwan teratas.
Kemudian, secara bertahap semakin meluas. Sekarang, kita berada di
tengah-tengah tahap Era kedua hingga ketiga.
Innovation works, Baru saja melakukan pelatihan AI.
Bahkan telah menelurkan 600 insinyur AI dalam 4 minggu. Setelah mereka lulus,
banyak diantara mereka telah berhasil membuat aplikasi AI yang sangat sukses
seperti aplikasi mobil otonom ataupun aplikasi dialog dengan robot.
Memang jelas, ambang teknologi AI telah menurun. AI
menjadi semakin dekat dengan kita. Dengan popularitas AI, akan semakin banyak
insinyur AI dapat menyebarkan kecerdasan buatan ke semua lapisan masyarakat.
Semua sektor tradisional.
Studi menunjukkan bahwa tingkat penetrasi AI saat ini
di industri tradisional hanya 4%. “Artinya, masih ada 96% industri lagi
menunggu AI untuk dijadikan tambang emas.” Ini adalah peluang yang sangat
besar. Menurut laporan penelitian PWC, AI akan menghasilkan 100 triliun yuan
atau sekitar 15 triliun Dolar pertumbuhan PDB dunia pada tahun 2030. Dari total
jumlah tersebut, 50 triliun yuan akan terkontribusi dari pengembangan AI di
China.
Peluang besar ini jelas tidak bisa diandalkan pada
pendirian 10.000 perusahaan AI. Tetapi harus berdasarkan pada AI memberdayakan
industri tradisional. Lebih mudah untuk mencapai nilai skala di atas lewat
AI memberdayakan industri tradisional, dibandingkan hanya mengandalkan
perusahaan berbasis Teknologi Hitam AI.
Sebaliknya, bagi mereka yang menolak penggunaan AI,
atau penggunaan metode non-cerdas akan Drop Out dari persaingan. Istilahnya,
ketinggalan zaman. Dunia lagi berada pada titik awal pengembangan AI.
Industrialisasi AI Indonesia, maupun China pada dasarnya duduk sejajar dengan
Amerika Serikat hari ini. AI China dan Indonesia sangat independen dan juga
mandiri. Masing-masing mampu berkembang sendiri. Dan bahkan bisa Go-
internasional dan menjadi pemeran utama di masa depan.
Apakah AI benar-benar arah pengembangan teknologi?
George Gilde, seorang pakar ekonomi Amerika
berpendapat bahwa AI hanyalah salah satu tren pengembangan teknologi. Bukan
satu-satunya jalur pengembangan yang tak terhindarkan. Pada tahun 1980-an,
Presiden AS Ronald Reagan sangat memuji pikiran dan pandangan Gilde. Sekarang,
George Gilde adalah salah satu penginjil ekonomi digital. Dia memiliki
perusahaan teknologi sendiri. Dan sering menerbitkan artikel di majalah
teknologi. Sehingga, Dia disebut sebagai salah satu dari tiga pemikir era
digital Amerika.
Saat ini, tren pengembangan teknologi paling
optimis di dunia, “ABC”. A merujuk ke AI atau kecerdasan buatan. B mengacu pada
Big Data. C merujuk ke Cloud atau komputasi awan. Ketiga teknologi ini telah
menjadi konsensus perusahaan teknologi raksasa. Dan telah menjadi medan
persaingan antara Google, Microsoft, Amazon, Apple, Facebook, Alibaba, Tencent, dan
Baidu. Semua perusahaan raksasa ini telah menginvestasikan banyak sumber daya
dalam ketiga teknologi ini.
Apa yang akan terjadi Ketika ketiga
teknologi ini terus berkembang? Banyak orang meramalkan manusia pada akhirnya
cuma mengikuti pengaturan algoritma. Banyak profesi dan pengambilan keputusan
akan diteruskan ke algoritma.
Ini sepertinya sudah menjadi konsensus kita
semua. Tetapi menurut George Gilde bahwa rangkaian ide ini sebenarnya
adalah sistem filosofis dari Google. Karena semua ini berkembang dari model
bisnis Google.
Pengembangan dari model bisnis Google
Model bisnis Google bisa dirangkum dalam satu
kalimat. Rekomendasi cerdas berdasarkan data besar dan algoritma. Pengguna
menggunakan pencarian Google untuk mencari data sehingga menghasilkan sejumlah
besar data pengguna bagi Google. Berdasarkan data ini, Google dapat mendorong pengguna
ke iklan pemasaran yang tepat.
Pada awalnya, pengguna juga perlu mencari
informasi sendiri. Tentang produk atau layanan yang mereka inginkan.
Namun, dengan kematangan big data dan teknologi algoritma, platform telah
beralih ke era rekomendasi, yang telah menjadi alat rekomendasi yang cerdas.
Menurut George Gilde konsep yang kita terima
seperti data besar, komputasi awan, dan kecerdasan buatan, sebenarnya adalah
salinan dan perluasan model bisnis Google. Bila menurut evolusi jalur ini, kita
tidak pernah dapat menciptakan AI di masa depan yang sebenarnya.
Karena jalur saat ini, para teknisi memiliki
celah dalam berpikir bahwa kecepatan komputasi dapat menciptakan kecerdasan.
Selama data cukup besar dan kecepatan perhitungan cukup cepat, maka kita dapat
memberikan kesadaran dan kreativitas pada mesin.
Di bawah logika seperti ini, komputer dan
algoritma tidak perlu mengetahui perusahaan tertentu. Mereka tidak perlu tahu
apa yang dilakukan perusahaan-perusahaan ini. Sehingga, mereka dapat
berinvestasi sesuai dengan jumlah data yang sangat besar. bahkan Komputer tidak
perlu mengerti suatu bahasa, tentang Apa yang dimaksud dengan suatu ekspresi
tetapi langsung dapat mengidentifikasi dan menterjemahkan secara akurat.
Pada kenyataannya, teknologi kita masih belum
sepenuhnya memahami otak dan kesadaran manusia. Jika kita tidak memahami
kesadaran, kita tidak dapat membangun kecerdasan. Melainkan, hanya seperangkat
teori computer yang terbentuk. Kecerdasan buatan saat ini hanyalah sebuah
algoritma input dan output. Atau lebih tepatnya menurut kata George Gilde,
“tidak bisa berpikir sama sekali.”
Andrew Yang, kandidat Partai Demokrat yang menggunakan AI di masa depan
dalam kampanyenya memperoleh suara kedua terbanyak sesudah Joe Biden
Oleh karena itu, AI atau kecerdasan buatan,
data besar, dan komputasi awan hanyalah jalur evolusi teknologi yang telah
dikembangkan ilmu komputasi saat ini. Ini bukan jalur tertentu, dan juga belum
tentu jalur masa depan.
Mengapa banyak perusahaan berinvestasi AI
Jika teknologi berkembang sesuai dengan jalur
saat ini, raksasa teknologi akan menjadi pemenang abadi. Karena teknologi ini
membutuhkan banyak investasi modal dan membutuhkan sejumlah besar data yang
dihasilkan pengguna. Hanya platform teknologi besar seperti Google dan kawan-kawan
yang dapat melakukan hal-hal ini.
Referensi:
https://www.sas.com/id_id/insights/analytics/what-is-artificial-intelligence.htmlhttps://www.dewaweb.com/blog/kecerdasan-buatan/
Komentar
Posting Komentar